Tuesday, 20 March 2012

Putri...

Perih terasa, kini gadis kecil itu hidup sebatang kara. Tiada ayah tuk menjaga, tiada ibu tuk menyayang, dan tiada kakak atau adik untuk berbagi..

Hidup terasa berat olehnya. Melintasi jalan yg penuh onak dan duri di usia belianya itu. Cucur keringatnya tak dapat dibedakan dengan air mata yg berlinang membasahi pipinya.

Gadis kecil ini tetap tegar menjalani hidup, walau harus tidur beralas tanah dan bratap langit terbuka..

Sesuap nasi yg ia cari dgn susah payah, begitu mudah u/ kita buang percuma.. Baju usang yg qta jadikan lap atau sampah, ternyata adalah kemeja dan gaun kehormatan baginya, asal tidak robek a/pun sobek, itu sudah cukup untuk disebut mewah olehnya dan teman2nya..

Duhai Putri, alangkah malang nasibmu,

Duhai Putri, meski dirimu seperti i2, namun tak pernah trlihat oleh mata ini bagimu tuk brhenti ataupun lupa menengadah mengangkat tangan kelangit.. Tiap untai katamu tak pernah lepas nama ibu dan ayahmu.


Duhai Putri, skiranya mereka dapat menyaksikanmu, melihat keadaanmu, tentulah akan ada jajanan yg cukup buatmu. Tentulah ada baju baru u/ mu. Ah, tentu ada santap ketupat di hari raya.

Entahlah putri, mereka tak melihatmu, atau pura2 tak melihatmu.

Putri, aku pun meminta maaf padamu, sbab tak dapat tangan ini memberi smua perlumu..

0 Tanggapi:

Post a Comment