Ibu, adalah kata pertama yang kita ucapkan ketika mulai pandai berbicara, pernahkah anda dengar seorang anak memanggil, “Yah! Yah! Yah!”? Ketika ia mulai pandai berbicara, kata pertama yang terucap di lidahnya ialah “Ma! Bu! Mi! kata terindah yang pernah terucap di lisan kita.
Ingin rasanya ku ungkapkan terima kasih dan subuah pengakuan kepda ibu saya, sebuah pengakuan dan terima kasih kepada ibuku yang saya yakini telah berjasa banyak kepada saya, setelah anugrah dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Apapun yang saya katakana, apapun yang saya lakukan, jelas tidak akan memapu membalas jasamu wahai ibu.
Aku takkan meupakan hariabanmu yang penuh kasih sayang, tidak akan kulupa malam-malam yang engkau lewati tanpa memejamkan mata dan hari-harimu yang penuh dengan keletihan. Aku tidak akan lupa ketika kita mengelilingi makan di tikar pandan, lalu engkau medahulukan kami anak2mu dari pada dirimu sendir. Engkau dahulukan kami dari dirimu dengan makanan dan minuman yang lezat dan enak, bahkan setelah kami tumbuh dewaasa, engkau masih rela menyuapkan makanan ke mulut kami wahai ibu, betapa letihnya engkau wahai ibu, ketika kami terlambat pulang di malam hari karna sibuk bermain. Seluruh penghuni rumah telah terlelap, tinggallah engkau menahan kantuk, menunggu kepulangan kami. Dulu engkau takut dan khawatir , ketika kami bermain di tepi sungai aku ingat, engkau pernah marah ketika itu dan memukulku saat aku bermain di tepian sungai, ketika itu aku belum mengerti kenapa engkau marah, ketika anakmu ini besar dan dewasa anakmu ini mengerti dan faham, semua itu engjkau lakukan karena mengkhawatirkan kelelamatan aku anakmu.
Aku takkan meupakan hariabanmu yang penuh kasih sayang, tidak akan kulupa malam-malam yang engkau lewati tanpa memejamkan mata dan hari-harimu yang penuh dengan keletihan. Aku tidak akan lupa ketika kita mengelilingi makan di tikar pandan, lalu engkau medahulukan kami anak2mu dari pada dirimu sendir. Engkau dahulukan kami dari dirimu dengan makanan dan minuman yang lezat dan enak, bahkan setelah kami tumbuh dewaasa, engkau masih rela menyuapkan makanan ke mulut kami wahai ibu, betapa letihnya engkau wahai ibu, ketika kami terlambat pulang di malam hari karna sibuk bermain. Seluruh penghuni rumah telah terlelap, tinggallah engkau menahan kantuk, menunggu kepulangan kami. Dulu engkau takut dan khawatir , ketika kami bermain di tepi sungai aku ingat, engkau pernah marah ketika itu dan memukulku saat aku bermain di tepian sungai, ketika itu aku belum mengerti kenapa engkau marah, ketika anakmu ini besar dan dewasa anakmu ini mengerti dan faham, semua itu engjkau lakukan karena mengkhawatirkan kelelamatan aku anakmu.
Ibu, aku tidak akan lupa ketika aku beranjak dewasa dan pergi merantau untuk menuntut ilmu, engkau ikut bersusah payah, bekerja menumpuk tepung, berjualan mengumpulkan uang dari sana dan sini mengumpulkan uang untuk pendidkan anakmu. Ya Allah, rahmatilah ibuku.
Betapa letihnya diriku ketika pulang liburan, da datanglah saat untuk kembali ke perantauan menuntut ilmu hatiku terasa terputus2 ketika engkau melepas kepergianku seraya berkata “ananda, mungkin ketika engkau pulang lagi nanti, engkau tidak akan melihatku lagi. “ alangkah sedih hatiku setelah bertahun tahun aku tidak pulang ketika pertama kali berdiri dihadapanmu, engkau katakan “ ini bukan anakku” karena kondisi dan penampilanku yang tidak seperti engkau bayangkan. Tak kuasa diri menahan air mata, mendengar ucapan dan kata2 itu membuatkanku tersungkur dan memeluk kakimu dan ketika tanganmu membelai kepalaku, terasa tetesan2 embun memadamkan dan mengobati kerindua hati .
Setelah perjalanan panjang yang ku wahai ibu, aku pulang dan engkau telah beranjak tua, engkau pun mulai lemah. Sungguh, engkau telah berikan untukku dan saudara-saudaraku hari2 hari terindah dan tahun2 paling manis dalam hidupku. Betapa letihnya engkau membela kami, entah berapa banyak pengorbananmu untuk kami, engkaulah yang telah menaggung kegundahan dan keresahan kami, engkau seklalu berusaha mewujudkan keinginan2 kami. Pun ketika kami telah besar. Dulu saya dipanggil fulan, hari ini orang memanggilku ustadz abu zubair al hawari. Semua itu demi Allah tidak lain dan tidak bukan karena anugrah Allah semata kemudian karena jasamu wahai ibu. Aku ini demi Allah tidak lain dan tidak bukan adalah salah satu dari sekian banyak buah kebaikanmu, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan sebaik baik pahala.
Wahai pemilik senyuman yang tulus, wahai pemilik hati yang dermawan dan penuh kasih saying, untukmu duhai bunga yang tak pernah layu, untukmu duhai mata air yang bening, untukmu yang telah mengusap air mataku, untukmu yang telah membasuh kotoranku, yang telah menyuapkan makan dan minum dengan tangannya ke mulutku, untukmu yang telah menjadikan haribaannya sebagai ketenangan bagiku, matamu yang selalu mengawasiku, kuhadiahkan untai kata dan rangkai kalimat hari ini untukmu, semoga Allah membalas segala budi baikmu dengan sebaik2 balasan. Ya Allah jagalah ibuku dengan penjagaanmu. Panjangkanlah umurnya, perbaikilah amalannya, dan tutuplah usianya dengan amalan yang sholeh di dalamnya.
Ibu, kalaulah aku bisa menambah umurmu, akan aku tambah dengan umurku sekalipun aku harus binasa karenanya. Ibu, kalau aku kuasa akan ku angkat engkau setinggi2nya ke langit. Wallahi, demi Allah tidfak aka nada yang mampu memberikan hakmu secara sempurna kecuali Allah ta’ala.
Abu Zubair Al Hawari (Wahai Ibu, Inilah Baktiku Padamu)
0 Tanggapi:
Post a Comment