Rohis
sangat rentan dengan kegagalan dakwah. Sebabnya sangat-sangat signifikan : Umur
Perjuangan yang Sangat Pendek yaitu hanya 1 tahun saja. Dari masa sekolah
selama 3 Tahun, hanya kelas dua lah masa – masa keemasan suatu generasi
memainkan peran dakwah di sekolah. Di kelas satu anggota rohis umumnya hanya
mengikuti mentoring dan kegiatan insidental. Di kelas tiga anggota Rohis
umumnya sudah sibuk mempersiapkan ujian kelulusan dan penerimaan mahasiswa
baru.
Satu
tahun perjuangan di kelas 2 harus dioptimalkan setinggi mungkin. Untuk mencapai
visi yang telah digagas oleh pengurus, gunakan waktu yang ada seefisien
mungkin. Sebaik mungkin. Selama kepengurusan, selalu perhatikan rambu – rambu
dalam perjuangan, agar tidak salah melangkah dalam mengerjakan setiap program
dan melaksanakan setiap keputusan. Oleh sebab itu mimin coba merangkum
setidaknya ada 10 rambu yang harus diperhatikan oleh setiap kepengurusan Rohis
di seluruh Indonesia dalam menjalankan kepengurusannya. Jangan sampai rambu –
rambu ini dilanggar yang mengakibatkan kegagalan – kegagalan dalam dakwah. Yuk
diintip.
1.
Rabbaniyah.
Konsep, hukum, tradisi dan ide
perjuangan Rohis harus bersumberkan dari Din Allah, bersumber dari Al-Qur’an
dan Hadits. Hindarkan perbuatan – perbuatan syirik yang tidak bersumber dari
ajaran agama Islam. Al-Qur’an sudah menegaskan dengan sangat detail kemana
kereta dakwah harus melaju, dan manhaj seperti apa yang harus dikerjakan.
2.
Orisinil dan Mandiri.
Bahwa perjuangan Rohis terlahir dari
masyarakat Islam dan bukan diimpor dari dan atau diilhami oleh Timur atau
Barat. Karakter Islam adalah dia terlahir dari firman – firman Allah. Bukan
merupakan penyesuaian dari gerakan atau organisasi barat/timur yang sudah ada.
Gak seperti Jaringan Islam Liberal yang sangat membebek ke Barat.
3.
Progresif.
Progresifitas Islam memerintahkan
umat manusia mendayagunakan penemuan-penemuan dan saran-sarana hasil olah akal
dengan catatan bahwa pendayagunaan tersebut dilakukan dalam rangka mewujudkan
kemaslahatan bagi seluruh manusia. Gunakan semua hasil ciptaan manusia untuk
kemaslahatan dakwah. Penggunaan teknologi dan seni tidaklah masalah selama
sesuai dengan syariat Islam.
4.
Paripurna.
Yakni seruan pergerakan Rohis tidak
terbatas hanya untuk perbaikan salah satu aspek kehidupan yang mengabaikan
aspek-aspek lainnya. Rohis tidak hanya belajar dan beramal tentang agama saja.
Tapi tentang kehidupan, akademis, berbuat baik pada orang tua, dan meraih masa
depan yang baik. Mengislamkan kehidupan berarti mengislamkan seluruh
aspek-aspek secara menyeluruh dan paripurna.
5.
Mengutamakan Persatuan.
Rohis harus yakin bahwa perbedaan
pendapat dalam masalah-masalah furu’iyyah (sesuatu yang tidak prinsip dalam
Islam) pasti terjadi. Maka senantiasalah menyeru kepada persatuan kaum Muslimin
atas dasar pokok-pokok dan fondasi Islam. Contoh yang sering terjadi adalah
perbedaan cara pandang mengenai gerakan shalat. Shalat adalah sesuatu yang
prinsip dan tiang agama dalam Islam. Namun perbedaan pendapat mengenai detail
gerakan shalat tidak perlu dibawa ke ranah perdebatan alot mengingat Islam
membuka ruang terhadap perbedaan ini. Yang lebih penting adalah menyeru warga
sekolah agar rajin sholat tepat waktu, dan bertoleransi terhadap perbedaan
gerakan shalat.
6.
Langkah-langkah bertahap.
Pahamilah bahwa visi dakwah sekolah
tidak bisa diwujudkan dalam satu kepengurusan saja. Oleh karena itu estafeta
perjuangan menjadi penting. Kaderisasi menjadi fokus pertanggung jawaban, dan
pewarisan nilai – nilai menjadi agenda yang senantiasa diperhatikan. Petakan
tujuan besar dakwah sekolah menjadi tujuan – tujuan kecil. Jadikan tujuan kecil
ini menjadi tujuan angkatan yang diveluasi setiap pergantian kepengurusan.
7.
Memprioritaskan kerja dan produksi ketimbang propaganda dan gembar-gembor.
Jangan mempropagandakan suatu karya
yang belum diwujudkan dan menggembar-gemborkannya. Allah lebih menykai amal
nyata yang sudah terasa manfaatnya Publikasi berupa amal dan karya lebih baik
daripada sekedar isu dan ambisi semata. Retorika gembar-gembor hanya akan
menyerang balik si penggembar-gembornya. Tidak ada objek dakwah yang suka
dengan janji manis palsu.
8.
Politik “Nafas Panjang”.
Sesungguhnya besarnya tanggung jawab
dan beratnya cobaan yang dipikulkan diatas pundak orang-orang yang sedang
berjuang di ladang Islam menjadi bukti bahwa perjalanan da’wah ini panjang,
pekerjaan yang dihadapi berat dan perjuangan ini pahit. Oleh karena itu
orang-orang yang melintasi jalan ini harus mempersiapkan dirinya untuk
menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan serta untuk berkorban.
Dakwah tidak menjanjikan kemanisan
di dunia. Ganjaran bagi para da’i Allah sediakan khusus di surga-Nya. Oleh
karena itu, semenjak diangkat menjadi pengurus Rohis selalu luruskan niat.
Lakukan segala sesuatunya berharap dengan ganjaran dari Allah saja.
9.
Uzalah (isolasi diri) secara maknawi dan bergaul secara jasadi.
Harus ada pionir-pionir pergerakan
yang bertekad baja dan terus melaju di jalan dakwah. Ia terus melaju
ditengah-tengah kegalauan dan keamburadulan system jahiliyyah di seluruh peosok
bumi, ia melaju sembari melakukan ‘uzlah di satu sisi dan melakukan interaksi
dengan jahiliyyah yang melingkunginya di sisi lain. Jadilah seperti air yang
mampu melewati kotornya tanah dan tandusnya pasir tanpa harus kehilangan
kejernihannya. Jadilah yang mewarnai bukan yang diwarnai, meski sulit.
Rohis tidak boleh eksklusif. Hanya
mau bergaul dengan sesama Rohis dan menjauhi pergaulan dengan non-Rohis.
Jadilah dai yang blusukan. Membantu dan membawa kebaikan di kelas. Kuatkan hati
untuk menjaga diri dari pengaruh negatif teman sepermainan, lalu gunakan cahaya
iman untuk membawa mereka ke jalan Islam.
10.
Tujuan tidak menghalalkan segala cara.
Sesuatu yang halal harus diraih dengan cara yang
halal pula. Jangan sampe gara – gara ingin ngumpulin kas rohis, harus
menggelapkan uang bulanan sekolah. Apalagi curi uang orang tua. DOSA.
Sumber : Rohisitsar.org
0 Tanggapi:
Post a Comment